Saturday, August 31, 2013

Love and Truth - [ Chapter 2 – Senyuman itu… ]



Malam berganti pagi, bulan yang menerangi gelap terganti oleh matahari yang dating mengawali hari. Tetsu memulai aktifitas seperti biasa, setelah semalaman tak tenang karna memikirkan perasaan yang tiba tiba muncul, ia terlihat sangat mengantuk. “Tetsu!! Jangan kamu tidur saat jam pelajaran!!” tiba tiba pengajar yg sedang menjelaskan berteriak. “maaf pak”. “hey Tetsu, are you okay ?” Shin berbisik. “ya I’m okay Shin”.
Saat istirahat seperti biasa Tetsu hanya membaca komik di bangku taman sekolah, tiba tiba… “kamu suka baca komik ?” terdengar suara halus menyapa. “ya begitulah” tanpa mengalihkan pandangannya dari komik Tetsu menjawab. “kamu engga gabung sama yang lain ?” suara halus itu bertanya kembali. “bisakah kau tak menggangguku ? aku sedang sibuk” dengan cuek Tetsu menjawab sambil menengok ke arah wajah pemilik suara halus tersebut, dan tiba tiba… Tetsu terbengong seperti melihat sosok bidadari tersenyum depan wajahnya. Senyumannya seperti panah yang terhujam deras dan menusuk tepat pada sasarannya. “ko melamun ?” pemilik suara halus oh bukan lebih tepatnya bidadari itu membuyarkan lamunan Tetsu. “hah, anuu, oh kamu, iya kenapa tadi ?” Tetsu sedikit grogi depannya. “iya, kenapa kamu engga gabung dengan yang lain ?” bidadari tersebut kembali bertanya. “oh, anuu aku lebih suka membaca komik disini sendiri, oiya kemarin maaf yah, kamu kena bola yang kutendang”. “oh itu sih gapapa, oiya, namaku Yuki, kamu ?”. “Yuki ? nama yang bagus, namaku Tetsu, salam kenal”. Bel berbunyi dengan senyum Yuki beranjak pergi masuk kelas. Perkenalan yang singkat, namun tampak membahagiakan bagi Tetsu. Senyuman itu… seperti membawa perasaan yang sudah lama tak dirasakan olehnya, sekarang… kembali ia rasakan.
Baca Selengkapnya »»  

Friday, August 30, 2013

Love and Truth - [ Chapter 1 - Apakah ini… Cinta ? ]



 Diam dengan terfokuskan pada komik yang ia pegang, ia duduk di bangku taman sekolah. Tetsu siswa SMA kelas 3 yang hobby membaca komik ini lebih suka menyendiri dibandingkan ikut berkumpul dengan teman-temannya. “hai Tetsu”, terdengar suara seseorang memanggil. “oh you Shin, ada apa?” (Shin adalah salah satu teman sekelasnya Tetsu) “ayo sini join, kita main bola” ajak Shin. “hmm, oke gua kesana”. Saat sedang bermain bola, tak sengaja tendangan Tetsu meleset dan mengenai seseorang. “aduuh” bola itu mengenai siswi yang sedang berjalan. “wah, maaf yah maaf, apa kamu tak apa ?” ujar Tetsu yang langsung menghampiri dan meminta maaf. “hah iya eh gapapa ko” dan siswi tersebut langsung berjalan pergi. Aneh, sesuatu mengganjal pada diri Tetsu saat melihat siswi tersebut.

            Malam harinya seperti biasa Tetsu selalu menyempatkan membaca komik atau menonton film. Namun tak seperti biasanya, Tetsu merasa tak menikmati komik atau film yang ia tonton. Ia memikirkan sosok siswi yang tak sengaja terkena bola olehnya. Selalu muncul wajah yang sekilas ia tatap saat meminta maaf. “ada apa dengan pikiran gua ?, ini… dulu gua pernah ngerasain yang kaya gini, ya rasa ini, perasaan tak tenang seperti ini, gua pernah merasakannya saat awal masa masa itu, apakah ini akan terulang ? perasaan ini… apa ini… Cinta?
Baca Selengkapnya »»  

Thursday, August 29, 2013

Aku…mengingatmu


            Dalam sunyi malam, angin berhembus dengan dingin. Tapi aku… bisa mencium bau langit yang penuh kenangan dan disini… aku mengingatmu. Hari hari telah berlalu, namun rasa ini masih ada, matahari selalu mengingat semuanya. Aku masih sama seperti dulu. Tapi, aku lebih percaya diri. Aku berjanji untuk menahan air mata ini, harus lebih kuat dari siapapun. Kita tidak mengucapkan selamat tinggal, karena itu, saat aku menutup mata… aku bisa melihatmu. Aku… mengingatmu.

Baca Selengkapnya »»  

Apakah memang tak pantas ?



Melihatnya dari kejauhan… itu yang kulakukan. Wanita yang memiliki wajah sedikit jutek, begitu aku menilainya sebelum mengenalnya, terlihat sangat manis ketika ia tersenyum. Terlihat sangat perfectionist, dia lewat tanpa menyapa, diriku yang melihatnya lewat begitu saja…terdiam. Hati berharap semoga bisa mengenalnya jauh lebih dekat. Beruntung, diriku akhirnya bisa mengenalnya, akrab dengannya sudah sangat membahagiakan. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan dia…menjauh. Tanpa alasan yang tidak jelas, semua berakhir. Mengapa ? tak tahu… apakah perasaan ini hanya gurauan saja ? atau apakah memang ku tak pantas ? aku tak tahu… tak ada sesal, hanya berharap tak ada luka ataupun kebencian yang tertinggal.
Baca Selengkapnya »»  

Wednesday, May 1, 2013

Kelebihan Susu ASI dibandingkan Susu dalam Kemasan

Hai para pembaca bloggers :) kali ini ane mau berbagi informasi menarik mengenai kelebihan susu ASI dibandingkan susu dalam kemasan lainnya, jangan pernah meremehkan susu ASI karna ASI memiliki segudang manfaat dan kelebihan lho :).
ASI merupakan susu alami yang memiliki segudang manfaat dan disukai oleh bayi, bukan hanya bayi sebenernya.... :) selain sangat baik untuk bayi, ASI juga memiliki kelebihan dibandingkan susu lainnya, berikut kelebihannya :
  • susu ASI memiliki kemasan lebih menarik dibandingkan susu lainnya :)
  • hanya susu ASI yang tidak memiliki tanggal expired lho
  • susu ASI lebih praktis karna tidak perlu diseduh dan tidak perlu ditunggu sampai hangat karna tinggal minum :3
  • susu ASI pun tidak merepotkan dan bisa dibawa kemana mana :)
oke, itu sedikit kelebihan susu ASI dibandingkan susu lainnya, sesungguhnya sebaik baiknya susu lebih baik susu ASI :)  FYI aja and just for fun okeh vroh, 

Baca Selengkapnya »»  

Sunday, April 28, 2013

The Smartest Animal

Once there was a farmer from Laos. Every morning and every evening, he ploughed his field with his buffalo.

One day, a tiger saw the farmer and his buffalo working in the field. The tiger was very surprised to see a big animal listening to a small animal. The tiger wanted to know more about the big animal and the small animal.

After the man went home, the tiger spoke to the buffalo; “you are so big and strong. Why do you do everything the man tells you?” The buffalo answered; “oh, the man is very intelligent”.

The tiger asked; “can you tell me how intelligent he is?”. “No, I can’t tell you”, said the buffalo; “but you can ask him”

So the next day the tiger asked to the man; “Can I see your intelligence?”. But the man answered; “it at home”. “Can you go and get it?” asked the tiger. “Yes” said the man; “but I am afraid you will kill my buffalo when I am gone. Can I tie you to a tree?”

After the man tied the tiger to the tree, he didn’t go home to get his intelligence. He took his plough and hit the tiger. Then he said; “Now you know about my intelligence even you haven’t seen it.
Baca Selengkapnya »»  

Saturday, April 6, 2013

My Destiny [Fanfiction]





Saat sedang nonton anime yang berjudul "Angel Beats!/エンジェルビーツ" saya teringat salah satu scene yang cukup menyentuh hati. kalian bisa nonton sendiri :') saya hanya akan menceritakan singkat saja... jadi, selamat menikmati!
 x x x
Namaku Yui

Aku berbeda dengan gadis gadis lain diluar sana, mungkin... jika aku bisa berjalan, umurku setara dengan anak sekolah menengah atas yang sering ku lihat dari jendela kamar itu, 16 tahun. namun karena kecelakaan saat umurku empat tahun, aku harus mendekam dikasur kamar, tidak melakukan apa apa.

Saat umurku empat tahun, terjadi kejadian yang tak diduga, yaa sebuah mobil menabrakku dari belakang, jadilah aku lumpuh total, mungkin karna membentur tulang belakang. sejak saa itu aku melewati hari hariku seperti ini dirumah sakit, di kamar itu, melihat melalui jendela, melihat langit, dan melihat kegelapan saat tidur~

Terkadang aku sempat mengeluh kalo Tuhan tidak adil, ini bukanlah kehidupan yang kuinginkan, ingin rasanya aku lari dari kenyataan dan mengutuk takdir, namun ibu yang selalu merawatku pasti sedih melihat aku menyesli itu.

Apakah suatu hari, aku akan menemukan sesuatu yang berharga yang membuatku bertahan dikehidupanku

My Destiny

Hari ini, seperti hari hari sebelumnya dalam kehidupan Yui. Namun hari ini ada sesuatu yang terjadi yang merubah semuanya.

Awalnya Yui hanya membaca buku sambil sesekali menatap langit langit yang bergerak mengikuti arahnya angin. Namun perlahan Yui melihat sesuatu yang mendekat ke arah jendela, putih,bulat dan semakin lama semakin dekat, dan.....

PRANG!!!!

"bola baseball?" gumam Yui perlahan, kebetulan bola itu mengarah tepat tangan Yui, jadi mudah untuk Yui menangkapnya.

mendadak pintu kamar terbuka dan ibunya Yui datang menghampiri Yui.

"Yui-chan, suara apa itu ? ada apa ?"

"ini bu, bola baseball masuk kemari"

Yui menunjukkan benda bundar asing di tangannya tersebut pada ibunya. Ibu Yui melihat dan meneliti bola tersebut sebelum kembali menyerahkannya ke arah Yui. Maklum, di dekat rumah itu ada lapangan terbuka, jadi kemungkinan ada benda keras seperti itu masuk ke rumah sakit juga ada.

"Tunggu sebentar ya, Yui-chan." Sang ibu berkata.

Ibu Yui pun pergi dari kamar, Yui hanya diam membelai bola yang masuk ke kamarnya tersebut, ia baru tahu kalau bola baseball itu berstruktur kasar dan berat. Tak terlalu lama, ibunya kembali datang membawa orang asing—

—Pemuda berambut biru gelap yang tegap, lengkap dengan kostum pemain baseball dan topi. Manik ungu-sepianya terlihat berkilat.

"Pe—Permisi!" ucapnya malu-malu.

Pemuda itu melempar senyum ke arah Yui, Yui membalasnya dengan senyum. Baru pertama kalinya ada orang lain selain keluarganya atau dokter masuk kemari untuk menemuinya. Senyum tulus terpancarkan, rasanya Yui sendiri belum pernah tersenyum seperti itu selama hidupnya kepada orang asing di sekitarnya.

"A, aku Hideki Hinata." ucapnya jelas. "Aku kemari untuk mengambil bola itu."
x x x

Hari itu, aku bertemu dengan senpai akibat sebuah bola
Tidak kusangka hari itu begitu berarti
Sebuah awal yang tak pernah kupikirkan,
Ataupun sebuah pertemuan yang menjanjikan,
Semua dimulai.

x x x




Entah sejak kapan, mereka berdua—tepatnya Hideki Hinata—sering datang tanpa alasan ke rumah sakit tersebut untuk menjenguk Yui. Hinata duduk di kelas 2 di sebuah SMA, sehingga Yui lebih senang memanggilnya dengan embel '-senpai'. Hinata seringkali menceritakan jenaka, kehidupannya atau berita konyol lain. Ekspresi Yui makin hari semakin cerah, bagai bertemu pagi yang baru. Ibu Yui sendiri bahagia dengan kehadiran Hinata disana, seperti bukan orang luar lagi di kehidupan mereka.
"Hei, senpai..."
"Hm, ada apa?"
Kala itu Hinata tengah memotong apel untuknya dan juga Yui, hari itu ibu Yui tengah pergi ke suatu tempat dan tidak bisa ada di sana.
"Kenapa senpai...sering kemari?" pertanyaan itu terlintas di benaknya sejak tadi.
"Eeh, memangnya kenapa?" Hinata memakan satu potong apel. "Tidak ada alasan khusus kok? Aku cuma senang saja kemari."
"Begitu..." manik Yui melihat ke arah bawah. "Apa senpai tidak bosan? Bukannya senpai punya teman-teman lain—seperti Otonashi-senpai, Noda-senpai, seluruh orang yang senpai ceritakan?"
Mendengar hal tersebut, Hinata hanya tersenyum sebagai reaksi. Ia menaruh apel yang ia pegang dan mengelus surai merah muda Yui, sedikit mengacak-acaknya.
"Hahaha, tidak, aku tidak bosan kok." Hinata nyengir. "Bicara denganmu itu hal menyenangkan, lho?"
x x x

Daur kehidupanku mulai berjalan seperti itu,
Keberadaan senpai membuat cat hitam di kehidupanku luruh,
Terkadang, beberapa teman senpai juga mendatangiku,
Pernah aku diajak bernyanyi bersama Iwasawa-senpai,
Pernah aku diajak jalan-jalan oleh Otonashi-senpai,
Semua karena keberadaan Hinata-senpai,
Senpai juga membantu ibuku mengurusku,
Ibu lebih sering tersenyum bahagia karenanya,

x x x

Suatu hari, Hinata sore itu tengah mengajak Yui jalan-jalan dengan kursi roda di pelataran rumah sakit. Dedaunan sakura berterbangan satu-persatu, seakan menyambut kedatangan mereka. Sudah sekian lama mereka menghabiskan waktu seperti ini bersama, kadang ada yang pahit, ada yang manis, ada juga yang lebih manis.
Sore itu, langit tengah teduh namun cerah, suasana yang sangat bersahabat untuk sedikit bersantai.
"Lihat! Itu Rakun yang waktu itu kita injak!" Hinata menunjuk salah satu pohon kenari.
"Ahahaha, senpai ingat saja." Tawa renyah keluar dari bibir Yui.
Pembicaraan yang lambat dan menyenangkan, itulah yang biasa mereka habiskan bersama. Namun, seiring waktu, ada saja hal yang dipikirkan oleh Yui. Keterbatasannya sudah banyak merepotkan orang lain, terlebih lagi Hinata yang sudah lumayan lama ada di sampingnya. Tapi ada juga rasa—sebuah emosi abstrak di dalam nuraninya—
(-Untuk memiliki.)
"Senpai."
"Hmm?"
"Apa senpai punya cita-cita?"
"Yaah~ aku ingin menjadi pemain baseball profesional—tapi kalau ada yang sadar dengan ketampananku dan menjadikan aku model juga tidak masalah~"
"Ahahaha, tidak mungkin itu terjadi!"
"Hmph, kan boleh saja bermimpi." Hinata membusungkan dada, masih berjalan dengan irama tetap. "Kau sendiri, kau punya cita-cita apa, Yui?"
"Aku..." entah kenapa suaranya tercekat di tenggorokan. "Aku ingin menikah."
Hening.
"Tapi—a, aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku juga tidak bisa berdiri ataupun berjalan—aku tidak mampu melakukan apapun sendiri. Pasti tidak ada seorangpun yang mau—"
"Ada."
Hinata berhenti, ia lalu bergerak ke arah depan kursi roda, berlutut di depan Yui. Ungu sepia menatap merah muda, seakan memberikan sebuah arti.
"Aku akan menikahimu!" maniknya berkilat. "Aku serius."
Kedua bola matanya terbelalak.
"Senpai—tidak usah menghiburku, aku tahu semua itu tidak mungkin karena aku—"
"Kubilang aku serius!" pekiknya lagi. "Tidak peduli kau tidak bisa berjalan, ataupun kau tidak bisa punya anak sekalipun, aku tetap akan menikahimu!"
Mulut Yui yang tadinya membuka kini menutup menjadi sebuah garis, terdiam karena perkataan Hinata.
"Aku akan terus berada di sampingmu." Perlahan, air mata Yui turun, Hinata pun mendekatkan tangannya dan menghapus air mata Yui. "Karena kau adalah Yui yang kucintai."

x x x

Mendengar itu, aku senang
Merasakan itu, aku melayang
Hinata-senpai
Terima kasih sudah menyayangiku, selamanya.

The End
Baca Selengkapnya »»  
f
Crossed Red Kunai - Naruto